Cerpen
Teman Sejati
Selalu Menemani
Namaku Keira Septian Anjani. Aku duduk
di bangku kelas 1 SMA. Aku memiliki sahabat bernama Rivaldo Septian Wardana.
Yaps! Nama tengan kita memang mirip. Entah itu sengaja atau tidak. Tapi menurutku
sih gak sengaja, soalnya orang tua kita tidak saling mengenal sebelumnya.
Pada suatu pagi yang amat cerah,
matahari tampak malu-malu untuk keluar dari peradabannya. Seperti biasa,
setelah selesai dengan ritual pagiku yaitu mandi, dan teman-temannya, aku
segera bergegas menuju ke ruang makan. Di sana telah ada bunda, ayah, dan
kakakku, Arjuna Febian Demitri. Sesampainya di ruang makan, aku langsung
mencium pipi mereka satu per satu.
“Selamat pagi Bunda, selamat pagi
Ayah, selamat pagi kakak,” sapaku dengan
cepat.
“Selamat pagi juga Keira,” jawab
mereka serempak
Aku hanya
tersenyum dan langsung duduk di sebelah kak Bian. Dan kami menyelesaikan
sarapan buatan bunda dengan tenang.
Sesampainya di sekolah, aku langsung
menuju kelas dan duduk di bangku favorit ku. Bangku paling pojok belakang dan
dekat dengan jendela. Mengapa? Alasannya hanya satu. Yaitu ketika bosan, aku dapat
langsung melihat ke lapangan basket, dan melihat orang-orang yang sedang
bermain basket. Tidak lama kemudian, Rival dating dan langsung duduk di kursi
sebelah ku.
“Selamat pagi Keira,” sapa Rival.
“Eh, selamat pagi juga Rival,”
jawabku dengan menunjukkan cengiran kudaku.
“Pagi-pagi kok sudah melamun,” omel
Rival. Aku hanya menjawabnya dengan cengiran kuda lagi.
Bel pelajaran pertama pun berbunyi. Kami
semua mengikuti pelajaran dengan tenang dan serius. Bukan karena gurunya galak/
killer, tapi memang metode pelajarannya yang menyenangkan.
Setelah melewati 3 jam pelajaran,
akhirnya bel istirahatpun berbunyi. Aku dan Rival bergegas menuju kantin agar
tidak berdesak-desakan. Aku menempati bangku paling ujung dan aku menitipkan
pesanan ku kepada Rival yang telah hafal dengan pesanan ku, nasi goreng tanpa
seledri dan Good Day rasa Coolin. tidak lama kemudian Rival
kembali dengan membawa nampan yang berisi pesananku dan pesanannya.
“Terima kasih Rival,”ucapku, dan
hanya dib alas dengan senyuman oleh nya. Kami menghabiskan makanan kita
masing-masing sambil di selingi dengan obrolan kecil. Setelah bel berbunyi,
kami langsung menuju kelas dan siap mengikuti pelajaran selanjutnya.
hari-hari selanjutnya kami jalani
dengan penuh candaan. Hingga sampai pada suatu saat, ada seorang laki-laki
tampan mendekatiku. Dan aku selalu sibuk untuk bertemu dengannya ataupun
bercengkraman dengan I-Phone ku. Ku akui, hubunganku dengan Rival merenggang. Sampai
akhirnya Rival memutuskan untuk meminta wakuku untuk berbicara 4 mata kepadaku.
“Hai Keira!” sapanya
“Hai juga Val!” sapaku sambil
memainkan jemariku di atas I-Phone ku. Rival yang kesal langsung mengambil I-Phone
ku dan menaruhnya di sakunya.
“Apa-apaan sih kamu Val?! Main ambil-ambil
I-Phone ku segala?” ucapku kesal. Lalu Rival yang sedari tadi menarik tangan
ku, seketika berbalik badan menghadapku.
“Aku hanya ingin meminta sedikit
waktumu untuk mengobrol,” ucap Rival dengan menahan emosinya. Lalu di bawalah
Keira ke taman belakang sekolah. Mereka duduk di bawah pohon besar yang
rindang. Rival memulai pembicaraan.
“Kamu ngerasa gak sih, kalo hubungan
persahabatan kita merenggang?” Tanya Rival to
the point.
“Menurutku sih iya, tapi hanya
seditkit kok,” balas Keira yang mulai melunak.
“Sedikit katamu? Persahaban kita itu
sudah sangat merenggang Kei, sadarlah!” Rival mengutarakan semua isi hatinya.
“Ku rasa hubungan kita merenggang
setelah kau dekat dengan pria itu,” lanjut rival. Sedangkan Keira hanya bias diam
dan memikirkan semua perbuatannya yang telah ia lakukan kepada Rival,
sahabatnya. Keira memang tidak berani melihat Rival jika Rival sudah marah. Itu
sangan menyeramkan.
“Setelah ku piker-pikir. Iya juga
sih, persahaban kita yang sekarang sangan beda dengan yang dulu,” ucap Keira
sambil tetap berpikir.
“ Sangat beda,” gumam Rival.
“Kalau begitu aku minta maaf jika
selama beberapa hari kebelakang aku menjadi tidak peduli kepadamu, aku sangat
menyesal telang mengabikanmu. Aku janji akan membagi waktuku untuk mu dan untuk
Aldo,” ucap Keira panjang lebar.
“Oh ternyata nama nya Aldo. Lumayan keren
sih namanya,” ejek Rival dibarengi dengan kekehan.
“Ih aku lagi serius Rival!” Keira
kesal sambil memukul bahu Rival.
“Oke-oke aku akan serius. Dan aku
tidak hanya ingin mendengar janjimu itu, tapi aku perlu bukti Keira Septian
Anjari, janji?” balas Rival. Rival memberikan jari kelingkingnya kepada Keira.
“Ayay captain, aku bakal buktikan kepadamu
Rival Septian Wardana!” ucap Keira semangat,lalu membalas jari kelingking milik
Rival. Mereka ber pinky promise.
Setelah kejadian itu, persahabatan
Rival dan Keira semakin membaik, malah semakin erat layaknya perangko yang
selalu menempel pada surat.
--END--